Latar belakang penyebab peristiwa:
PKI pada masa demokrasi terpimpin semakin disegani karena selalu berusaha menjadi pendukung kebijakan pemerintah. PKI semakin diuntungkan dengan pemberlakuan kebijakan seperti Nasakom yang menempatkan PKI sebagai kekuatan yang sah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Politik konfrontasi yang dilancarkan Indonesia semakin memperkuat kedudukan PKI. PKI tampil dengan menggelorakan kampanye Ganyang Malaysia yang kemudian menjadi andalan presiden untuk membina hubungan dengan negara-negara komunis dan menggalang politik poros.
Pada massa itu juga terjadi persaingan PKI dengan Angkatan Darat yang disebabkan oleh perbedaan ideologi dan kepentingan. PKI berkepentingan merintisberdirinya negara komunis, sedangkan Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan negara berkepentingan mengamankan Pancasila. Persaingan ini semakin meningkat menjelang tahun 1965. PKI pada masa ini melakukan beberapa tindakan provokasi sebagai berikut :
a. Pada akhir tahun 1963 PKI melancarkan aksi sepihak di Pulau Jawa, Sumatra Utara, dan Bali dengan menghasut kaum petani dan butuh untuk mengambil alih tanah dan menggalang demonstrasi untuk menuntut kenaikan upah.
b. Para pendukung PKI dalam melakukan kegiatannya mengancam dan melakukan tindakan kekerasan terhdap individu dan kelompok yang menjadi sasaran untuk menciptakan suasana penuh pertentangan dalam masyarakat.
c. Pada bulan Januari 1965, PKI mengemukakan gagasan pembentukan Angkatan Kelima yang menuntut agar buruh dan petani dipersenjatai dengan tujuan untuk membentuk kekuatan militer di bawah pengaruhnya.
d. Pada bulan Mei 1965 PKI mengeluarkan desas-desus berdasarkan Dokumen Gilchrist yaitu adanya Dewan Jenderal dalam tubuh Angkatan Darat yang akan merebut kekuasaan negara dengan bantuan Blok Barat khususnya Amerika Serikat. Tuduhan tersebut dibantah oleh Angkatan Darat dan sebaliknya Angkatan Darat menuduh PKI akan melakukan perbutan kekuasaan.
Beredarnya desas-desus dan adanya berita semakin memburuknya kesehatan Presiden Soekarno meningkatkan ketegangan di kalangan pemimpin politik nasional yang mencapai puncaknya pada tanggal 30 September 1965.
Dampak:
Dampak dari peristiwa ini jauh lebih menyedihkan bagi Bangsa Indonesia. Sejak (atau bahkan sebelum) Soeharto membubarkan PKI dan menyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia pada tahun 1966, kebencian masyarakat Indonesia terhadap PKI meluas ke seluruh penjuru Indonesia. Akibatnya, diperkirakan:
• 600.000 orang yang dianggap terkait dengan PKI menjadi tahanan politik, ditangkap tanpa surat penangkapan serta ditahan tanpa proses persidangan.
• Setidaknya diperkirakan 500.000 - 2,000,000 atau 3,000,000 orang dihilangkan secara paksa dan dibunuh di seluruh pelosok Indonesia dari tahun 1965 - (kemungkinan) 1971. (Angka 2 juta diakui oleh Laks TNI Sudomo sedangkan 3 juta diakui oleh Jendral Sarwo Edhie)
• Ratusan orang tawanan politik Indonesia kabur ke luar negeri dan tidak bisa kembali ke Indonesia selama 30 tahun hingga masa Orde Baru jauh pada tahun 1998.
Aftermath atau dampak berkelanjutan setelah gerakan 30 September 1965 dianggap sebagai salah satu tragedi kemanusiaan (genocide) terbesar pada abad 20 yang jarang diketahui oleh publik Indonesia maupun dunia hingga saat ini.
Dampak Politik
a. Presiden Soekarno kehilangan kewibawaannya di mata rakyat Indonesia.
b. Kondisi politik Indonesia semakin tidak stabil sebab muncul pertentangan dalam lembaga tinggi negara.
c. Sikap pemerintah yang belum dapat mengambil keputusan untuk membubarkan PKI sehingga menimbulkan kemarahan rakyat.
d. Munculnya aksi demonstrasi secara besar-besaran yang dilakukan rakyat beserta mahasiswa yang tergabung dalam KAMI, KAPPI, dan KAPI menuntut pembubaran terhadap PKI beserta
ormas-ormasnya. Tuntutan mereka dikenal dengan istilah Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat yaitu
1) Pembubaran PKI.
2) Pembersihan Kabinet Dwikora dan unsur-unsur PKI.
3) Penurunan harga-harga barang.
e. Pemerintah mengadakan reshuffle (pembaharuan) terhadap Kabinet Dwikora menjadi Kabinet Dwikora yang disempurnakan dengan ditunjuknya kabinet yang anggotanya seratus menteri sehingga dikenal dengan Kabinet Seratus Menteri. Akan tetapi, pembentukan kabinet tersebut ditentang oleh KAMI dan rakyat banyak sebab dalam kabinet tersebut masih dijumpai menteri-menteri yang pro-PKI atau mendukung PKI sehingga mereka melakukan aksi ke jalan dengan mengempeskan ban-ban mobil para calon menteri yang akan dilantik. Aksi tersebut menewaskan seorang mahasiswa yang bernama Arif Rahman Hakim. Kematian Arif Rahman Hakim tersebut memengaruhi munculnya aksi demonstrasi yang lebih besar yang dilakukan mahasiswa dan para pemuda Indonesia di Jakarta maupun di daerah-daerah lainnya.
f. Pada tanggal 25 Februari 1966, Presiden Soekarno membubarkan KAMI sebab dianggap telah menjadi pemicu munculnya aksi demonstrasi dan turun ke jalan yang dilakukan oleh para pemuda Indonesia dan mahasiswa Indonesia.
g. Pada tanggal 11 Maret 1966 diselenggarakan sidang kabinet yang ingin membahas kemelut politik nasional. Namun sidang mi tidak dapat diselesaikan dengan baik karena adanya pasukan tak dikenal yang ada di luar gedung yang dianggap membahayakan keselamatan Presiden Soekarno.
h. Padatanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret atau yang dikenal dengan istilah Supersemar yang isinya Presiden Soekarno memberi perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap penting dan perlu agar terjamin keamanan dan ketertiban, jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden.
Dampak Ekonomi
Di Bidang Ekonomi, Peristiwa G30S/PKI telah menyebabkan akiat yang berupa infalasi yang tinggi yang diikuti oleh kenaikan harga barang, bahkan melebihi 600 persen setaun untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah mengeluarkan dua kebijakan ekonomi yaitu :
a. Mengadakan devaluasi rupiah lama menjadi rupiah baru yaitu Rp. 1000 menjadi Rp.100
b. Menaikkan harga bahan bakar menjadi empat kali ipat tetapi kebijakan ini menyebabkan kenaikan harga barang yang sulit untuk dikendalikan
Korban:
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
• Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
• Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
• Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
• Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
• Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
• Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan dia, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
• Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
• Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
• Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
Bung Karno pernah berkata JASMERAH (jangan sekali sekali melupakan sejarah), karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Dan semoga kita bisa memetik pelajaran berharga dari sejarah ini sehingga membuat bangsa dan negara kita pada zaman sekarang ini aman dari kekacauan.
Referensi:
https://izalewat.weebly.com/history/latar-belakang-kronologis-dampak-gerakan-30-september
https://rangkumanberbagaipengetahuan.blogspot.com/2015/02/peristiwa-g-30-spki.html